The Things You Can See Only When You Slow Down

Pengarang: Haemin Sunim

Penerbit: POP (Imprint KPG), 2020

265 halaman

Genre: Self Improvement

“Ketika kita begitu sibuk sampai merasa seperti sedang dikejar-kejar sesuatu, ketika pikiran penuh kekhawatiran memenuhi kepala kita, ketika masa depan terlihat gelap dan tidak pasti, ketika tersakiti kata-kata orang lain, lambatkan diri kita walau hanya sejenak. Bawa segenap kesadaran ke masa kini dan hiruplah napas dalam-dalam.” -Hal. 263-

Begitulah kira-kira yang akan kita dapatkan saat membaca buku karya Haemin Sunim ini. Kita diajak untuk melambatkan langkah kita saat dunia di sekitar kita terasa terlalu cepat, menjenuhkan, memusingkan hingga rasanya ingin keluar dari dunia ini, meski sesaat.

Buku yang ditulis oleh seorang guru agama Buddha Zen dan penulis yang berpengaruh di Korea Selatan ini sungguh menenangkan jiwa, khususnya bagi kita yang sedang gundah gulana dengan kehidupan kita, merasa tidak berarti, merasa tidak ada yang memahami, kecewa bertubi-tubi, penat dengan orang-orang di sekitar hingga rasanya ingin mengasingkan diri, dan banyak lagi. Namun, untuk mendapatkan sensasi menenangkan ini, kita harus membacanya dengan pelan-pelan, slow down, seperti instruksi sang penulis di bagian prolognya.

Saat membaca buku ini, kita akan menemukan beberapa tema kehidupan, seperti perlunya beristirahat ketika kita merasa begitu sibuk atau selalu dikecewakan, menyadari perasaan kita dan berteman dengan emosi kita, mengenal hasrat kita, cara membina hubungan yang baik, cinta, kehidupan, masa depan, hingga spiritualitas kita.

Setiap tema akan dibuka dengan uraian dari perspektifnya terkait tema yang diangkat, bahkan mengangkat juga pengalaman-pengalaman sang penulis. Setelah itu, kita akan menemukan rangkaian pesan, baik berupa saran maupun petuah yang akan membantu kita termotivasi atau bangkit dari keterpurukan. Tak hanya itu, untuk semakin yambuat kita merasa tenang dan damai, disisipi juga ilustrasi berwarna yang begitu sederhana tetapi sangat cantik dan menenangkan.

Bisa dipastikan bahwa buku ini akan menjadi salah satu buku yang akan sering aku baca berulang kali.

“Daripada mengeluh berulang kali, tataplah langsug perasaan mengerikan itu. Dengan tenang. Amati perasaan itu. Apakah kita bisa melihat sifat ketidakkekalannya? Biarkan perasaan itu pergi saat dia memang ingin pergi.” -Hal. 65-

“Hidup itu seperti teater. Kita diberikan satu peran. Jika kita tidak menyukai peran itu, ingatlah bahwa kita memiliki kuasa untuk menciptakan ulang peran yang kita inginkan.” -Hal. 71-

“Bukti kalau kita dicintai: Kita tidak membicarakan keburukan mantan kekasih kita bahkan setelah hubungan kita berakhir.” -Hal. 155-

#Happy Reading ^^